Rabu, 05 Mei 2010

tokekkk

Kenapa tokek dihargai mahal?

Berharap mendapatkan keuntungan besar, seorang pemuda bernama Firdaus (21) dalam satu tahun terakhir telah menggeluti bisnis jual beli binatang yang kabarnya dapat menyembuhkan HIV/AIDS itu. “Saya sudah 1 tahun bisnis tokek. Awalnya saya kenal sama seseorang bernama Mat Nur, lalu kita diskusi bagaimana caranya dapat duit banyak. Terus saya dengar tokek harganya mahal, ya udah sejak itu saya cari tokek dan saya jual-beliin deh,” kata Firdaus di kediamannya di Kawasan Cipete Selatan, Jakarta, Jumat.

Untuk memelihara tokek-tokek itu, Firdaus mengaku tidak pernah mengalami kesulitan. Pasalnya, memelihara tokek, menurutnya, tidaklah sulit. Selain itu, ongkos makan juga tidak mahal. “Ternak tokek sebenarnya gampang. Satu minggu kita cuma kasih dia makan jangkrik seharga Rp 5.000 sebanyak dua kali. Artinya satu tokek seminggu biaya makannya Rp 10.000,” katanya.

Jumlah tokek yang dimiliki Firdaus saat ini delapan ekor. Dari delapan tokek yang dimilikinya, berat maksimal adalah 2 ons, sedangkan yang paling ringan 1 ons. Meski telah 1 tahun berbisnis tokek, Firdaus mengaku belum pernah merasakan menjual tokek dengan harga yang fantastis. Harga tertinggi yang pernah didapatkan hanya Rp 2 juta. Ini karena tokek yang dimilikinya hanya memiliki berat maksimal 2 ons.

“Susah cari tokek yang besar. Tokek besar banyaknya di daerah, kalau di Jakarta jarang. Paling ada kecil-kecil,” katanya. Harga tokek bervariasi. Sementara itu, mengenai harga jual tokek di pasaran, menurut pria bujang ini, tergantung berat tokek itu sendiri. Semakin besar atau berat tokek, harganya makin mahal.

“Kalau tokek ukuran 1 ons di pasaran bawah (bukan harga dari eksportir) Rp 100.000, kalau tokek 1,5 ons Rp 200.000, tokek ukuran 2 ons Rp 500.000 sampai Rp 2 juta. Tokek 2,5 ons harganya antara Rp 5 juta dan Rp 30 juta,” paparnya.

Menurutnya, harga tokek mulai beranjak tinggi jika memiliki berat di atas 3 ons. Harga tokek dengan berat 3 ons sendiri, menurutnya, memiliki harga dari Rp 30 juta hingga Rp 100 juta-an, sedangkan tokek dengan berat 3,5 sampai 4 ons biasa dihargai dengan Rp 100 juga hingga Rp 800 juta. “Harganya bervariasi karena tiap bos beda harganya,” ujarnya.

Binatang sensitif

Lebih lanjut, Firdaus mengatakan, tokek merupakan jenis binatang yang cukup sensitif. Reptil yang masuk golongan cicak besar, suku Gekkonidae, ini gampang stres.

“Kalau dibawa pindah dari satu tempat ke tempat lain akan kelihatan. Pernah teman saya bawa dari Padang ke Jakarta buat dijual. Dari Padang beratnya 7 ons. Eh pas sampai Jakarta beratnya turun jadi 2 ons. Ternyata pas ditanya ke orang yang ngerti, itu gara-gara stres. Malah yang lebih parah lagi, teman saya bawa (tokek) dari Tanah Abang (Jakarta Pusat) ke Pasar Minggu. Eh pas sampai tujuan tokeknya mati. Akhirnya gagal dijual,” ungkapnya.

Menurut Firdaus, tokek adalah binatang yang sejak dulu dikenal dapat menjadi obat. Daging tokek, menurutnya, dipercaya banyak orang merupakan obat gatal. Begitu juga dengan darah dan empedu tokek.

“Konon, empedu tokek yang sudah jadi kristal bisa jadi obat apa aja. Itu biasanya kalau tokeknya sudah 4 ons beratnya. Terus, tokek juga katanya bisa jadi obat HIV/AIDS, tapi enggak tahu apanya. Ada yang bilang darahnya, dagingnya, lidahnya,” ujarnya.

Harta harta Harta

Nelayan Penemu Harta Karun Tak Diberi Kompensasi
Metro Siang / Sosbud / Selasa, 4 Mei 2010 12:33 WIB

Metrotvnews.com, Subang: Pemerintah akan tetap melelang artefak atau benda bersejarah dari muatan kapan tenggelan di Cirebon yang sudah berumur seribu tahun. Jika tidak ada halangan, proses lelang akan dilakukan Rabu (5/5) besok. Benda-benda bersejarah berjumlah 271.381 buah dihargai Rp 900 miliar. Berapa bagian penemu?

Tidak ada. Itulah yang dialami Taksim, seorang nelayan asal Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sebelas tahun lalu menemukan harta karun di laut Tengkolak, Perbatasan perairan Subang-Karawang. Namun, hingga saat ini belum mendapatkan kompensasi.

Taksim mengaku telah dibohongi PT Lautan Mas Bhakti yang telah mengambil barang hasil temuannya tersebut. Taksim pertama kali menemukan harta karun berupa mangkuk dan guci saat sedang menjaring ikan di sekitar perairan perbatasan Subang-Karawang pada 1991. Kini, Taksim hanya menyimpan sebuah mangkuk berusia 55 tahun.

Dari hasil temuan Taksim, pada tahun 1999 hingga 2001 berhasil diangkat benda lainnya yang nilainya mencapai triliunan rupiah. Taksim sempat dijanjikan akan diberangkatkan haji oleh PT Lautan Mas Bhakti selaku penaggung jawab pengangkatan harta karun. Namun, janji tersebut hanya kosong belaka. (DOR)